PERSEPULUHAN


Hingga sekarang ini, hukum Persepuluhan masih menjadi topik perdebatan yang tidak ada habisnya. Sebagian yang tidak setuju dan menentang adanya praktek perpuluhan di Gereja berkata bahwa Hukum Perpuluhan adalah perintah yang diberikan kepada bangsa Israel bukan untuk gereja. Dan sejak kematian Yesus di kayu salib, semua hukum yang ada dalam Perjanjian Lama termasuk soal Perpuluhan sudah tidak lagi berlaku. Bahkan ada juga yang berkata bahwa segala pengajaran tentang perpuluhan di gereja adalah praktek penipuan dan manipulasi yang dilakukan oleh gembala sidang kepada jemaatnya. Lebih jauh dituduhkan bahwa, kebanyakan uang perpuluhan digunakan dengan cara yang yang tidak selayaknya seperti: untuk membeli barang berharga, rumah, mobil, jam tangan dll yang kesemuanya itu digunakan secara salah oleh sang gembala yang mengajarkan praktek Perpuluhan.

Sejarah Persepuluhan

Kata "Perpuluhan" pertama kali disebutkan dalam alkitab di Perjanjian Lama dalam peristiwa Abraham memberikan perpuluhan kepada Melkisedek, raja Salem dan Imam dari Allah Yang Mahatinggi (Kejadian 14:20)

Beberapa pasal kemudian dalam Kitab yang sama, Yakub saat di Betel membuat nazar dengan kata-kata berikut: "... dari segala sesuatu yang Engkau berikan kepadaku akan selalu ku persembahkan sepersepuluh kepada MU (Kejadian 28:20-22).

Penyebutan yang ketiga kalinya berhubungan dengan hukum Lewi. Tuhan berfirman kepada Musa: "Segala persembahan persepuluhan dari tanah, baik dari hasil benih di tanah maupun dari buah pohon-pohonan, adalah milik Tuhan; itulah persembahan kudus bagi Tuhan" (Imamat 27:30).

Persepuluhan sejak saat itu dikerjakan untuk menjamin keberlangsungan umat Tuhan, bangsa Isarel dalam kehidupan bermasyarakat. Jaminan perpuluhan diberikan oleh 11 suku Isarel yang mendapatkan bagian tanah, kepada suku Lewi yang tidak mendapatkan bagian tanah. Suku Lewi tidak mendapatkan bagian tanah sebagaimana suku-suku lain karena dikhususkan untuk full time melayani bangsa Israel dalam urusan ritual kerohanian.

Bahkan orang Lewi yang menerima Perpuluhan dari 11 suku Israel, kemudian harus juga memberikan perpuluhannya kepada Tuhan; "Lagi haruslah engkau berbicara kepada orang Lewi dan berkata kepada mereka: Apabila kamu menerima dari pihak orang Israel persembahan persepuluhan yang kuberikan kepadamu dari pihak mereka sebagai milik pusakamu, maka haruslah kamu mempersembahkan sebagian dari padanya sebagai persembahan khusus kepada Tuhan, yakni persembahan persepuluhanmu dari persembahan persepuluhan itu" (Bilangan 18:26)

Hal Persepuluhan kembali muncul saat Nabi Amos (Amos 4:4) dan nabi Nehemia mengatakannya dalam situasi dimana keduanya diberi tugas membangun kembali tembok Yerusalem yang telah runtuh (Nehemia 10:37-38; 12:44; 13:5, 12).

Tak lama kemudian Maleakhi yang mendapat tugas dari Tuhan untuk membangun kembali iman dan moral bangsa Isarel dengan lantang menyuarakan penentangan atas segala bentuk ketamakan yang dilakukan oleh mereka yang mengaku beragama namun sesungguhnya melakukan kejahatan terhadap Allah. Seruan keras Maleakhi kepada orang-orang sezamannya:

"Bolehkah manusia menipu Allah? Namun kamu menipu Aku. Tetapi kamu berkata, "dengan cara bagaimanakah kami menipau Engkau?" Mengenai persembahan persepuluhan dan persembahan khusus! Kamu telah kena kutuk, tetapi kamu masih menipu Aku, ya kamu seluruh bangsa! Bawalah persembahan persepuluhan itu kedalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah ku dan ujilah Aku, firman Tuhan semesta Alam, apakah Aku tidak akan membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu samapai kelimpahan" (Maleakhi 3:8-10).

Kata-kata Maleakhi menutup Perjanjian Lama dengan pengulangan pernyataan tentang hukum persepuluhan, yang mengindikasikan bahwa tidak pernah ada pembatalan dari hukum yang sudah ada sejak dulu, ketika Abraham mempraktekannya.

Apakah Perjanjian Baru membahas soal Persepuluhan?

Yesus tidak pernah membahas soal Persepuluhan. Kalaupun IA pernah menegur ahli Taurat dan Orang Farisi: "Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi ayng terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan." (Matius 23:23) namun Yesus tidak pernah menentang hal Perpuluhan, ini tentu karena Yesus sebagai keturunan Yahudi sudah terbiasa dengan hukum-hukum Lewi tentang memberi. Bagi Yesus hukum memberi sudah fix, sebagai perintah Allah yang harus dilaksanakan.

Dalam salah satu peristiwa, Yesus bahkan memerintahkan salah seorang muridnya untuk menangkap ikan dan mengambil uang dari perut ikan tersebut dan menjadikan uang itu sebagai persembahan saat mereka masuk ke bait Allah. Dalam kasus yang lain, Yesus mengajarkan kepada banyak orang tentang memberi yang seharusnya; "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah". (Matius 22:21)

Dalam Perjanjian Baru, kitab Roma 12:1: memaknai perihal memberi dengan pernyataan lebih kuat lagi: "Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasehatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati". Ini bukan soal sepersepuluh lagi.. ini tentang memberikan hidup kita seratus persen kepada Allah.

Jika untuk memberi yang sepersepuluh saja kita merasa berat dan sulit bagaimana kita dapat mempraktekan hal memberikan  sekuruh hidup kita kepada Tuhan, seperti Yesus memberikan nyawanya bagi orang berdosa?

Memberi persembahan adalah soal korban.. soal rasa sakit.. tidak ada korban yang tanpa rasa sakit. Seperti janda yang memberikan tepung olehannya kepada Jika cara kita dalam memberi belum menimbulkan rasa sakit dalam diri kita, maka itu berarti belum memberi yang terbaik.

Anda pasti pernah mendegar kisah Janda di Sarfat yang dengan keteguhan hatinya mengambil tepung terakhir miliknya untuk dibuat menjadi roti dan diserahkan kepada Elia, seorang Hamba Allah yang mendatanginya.. itu adalah tepung terakhir, sesuatu yang paling berharga miliknya.. namun ketika Janda itu menyerahkan kepada Elia, ia mengalami mujizat dimana tepung dalam tempayannya tidak habis-habis melewati masa paceklik (1 Raja-raja 17:7-16).

Memberi adalah kunci berkat.. termasuk didalamnya memberikan persepuluhan. Alkitab dengan tegas berkata "Berilah maka kamu akan diberi" (Lukas 6:38)



Ps. Gabriel Hartanto
www.OnlineChurchMinistry.net


Post a Comment

Previous Post Next Post